Dalam kondisi
umat Allah yang begitu maraknya dengan krisis manusia dan kemanusiaan di Papua,
yang diwarnai dengan kekerasan dan konflik, kita dipanggil oleh Tuhan secara
inisiatif untuk menyuarakannya. Tanpa takut kekerasan dan konflik, kita harus
mau lawan dengan kepala dingin dan dengan hati yang tenang. Keterlibat para
Frater dari Sekolah Tinggi Filsafat Teologi "Fajar Timur" (STFT “FT”)
Abepura dalam misi manusia dan kemanusiaan saat ini di Jayapura, yang berujung
dengan penangkan dan penahanan yang dilakukan secara brutal oleh pihak keamana
merupakan telandan bagi pemerintah dan Gereja di Papua. Ini harus hendak
dikerjakan bersama tanpa kekerasan. Sebagai saksi dan murid Kristus, mereka ini
sudah harus terlibat secara inisiatif dalam agenda manusia dan kemanusiaan di
Papua. Mereka ini telah diutus sebagai sang penyelamat jiwa-jiwa bagi Gereja di
Papua. Demikian pula setiap kita tidak
bisa jauh dari realitas nyata konflik dan kekerasan yang merenggut nyawa umat
Tuhan yang tidak bersalah guna menyatakan keselamatan bagi banyak orang,
terutama bagi mereka yang melarat dan korban kekerasan pemerintah Indonesia di
Papua.
Kedaulatan Penghormatan
Menegakkan
kedaulatan penghormatan bagi eksistensi Papua secara eksplisit merupakan
substansi dari hak asasi manusia yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun
dan dengan cara apapun. Juga merupakan misi luhur yang tidak bisa dipisakan
dari misi Kerajaan Allah bagi Papua. Ini Kerajaan damai yang seagenda dengan
misi dialog damai. Motovasi utama dari misi kemanusiaan ini adalah bahwa kita
penting, bernilai bahkan teramat berharga dan makhluk yang paling mulia bagi
diri, sesama dan bagi Sang Pengada. Lagi pula, kita ini adalah wujud konkret
dari wajah-Nya. Kita semartabat dengan-Nya meskipun dapat dibedakan dalam
fungsinya. Maka rakyat Papua tidak boleh dibiarkan lama dan tidak boleh
memelihara secara sistematis dalam suasana masalah Papua.
Untuk mengakhir
konflik di Tanah Papua, pemerintah dan rakyat Papua boleh menggunakan jalan
damai seperti melalui dialog Jakarta-Papua yang masih semakin diperjuangkan itu.
Baik dialog internal orang Papua, pemerintah Indonesia maupun antara rakyat
Papua dan pemerintah Jakarta sebagaimana yang diperjuangkan oleh Jaringan Damai
Papua (JDP) sudah mestinya dinyatakan secara bersama dalam satu pemahaman
paripurna oleh pemerintah dan rakyat Papua sekarang. Karena dialog sebagai
agenda damai untuk menyelesaikan berbagai konflik yang dialami setiap saat oleh
rakyat di Papua. Dialog punya tujuan yang paling terbaik yakni demi menciptakan
Papua, Tanah damai. Damai yang semacam simpul, kompas dan jubi yang menarik
setiap kita termasuk rakyat dan pemerintah Indonesia yang punya masalah untuk
menggunakan dan melaksanakan dialog sebagai jalan terbaik. Bahkan setelah
suasana damai tercipta di Papua pun kita tetap dipanggil untuk tetap akan
memelihara keberadaan damai dengan agenda dialog. Berbagai programa apapun
bentuk dan wujudnya bagi Papua suda tentunya akan dinilai dan dibicarakan
terlebih dahulu melalui jalan dialog.
Prinsip-Prinsip Dasar
Tentunya, dialog
punya prinsip-prinsip dasar dan universal dalam mengusahakan penyelesaian
konflik Papua secara damai. Kasih tanpa pamrih merupakan pokok utama dari
agenda dialog. Sebagaimana Sang Pengada telah menyatakan kasih-Nya kepada semua
bangsa di dunia secara definitif, demikian juga setiap kita dipanggil untuk
menyatakan kasih yang sama dan satu kepada-Nya. Prinsip kasih inilah yang lebih
tegas kita harus hendak menyatakan kepada setiap warga terutama bagi mereka
yang minoritas dan lemah. Maka keterlibatan para Frater dalam agenda manusia
dan kemanusiaan yang tidak jauh berbeda makna dengan agenda dialog damai memang
sudah didasarkan atas nilai kasih tanpa pamrih sebagai prinsip hidup mereka.
Secara nyata hal inilah yang biasa diperjuangkan oleh para Frater Papua di
Jayapura; seperti yang disaksikan dan atau dihadapkan dengan tahanan dan
pukulan itu. Maka para Frater ini harus segera dibebaskan dalam terang kasih
Pengada sebagai warga Negara Indonesia dari realitas masalah penangkapan dan
tindak kekerasan aparat keamanan Inondonesia lainya. Dengan demikian, mereka
dengan semangat kasih-Nya ini telah akan menyatakan diri sebagai manusia adanya,
citra Allah yang sedang menolong pemerintah dalam memulihkan kedaulatan
keberadaan Papua sebagai apa adanya. Oleh karena itu, mereka adalah sang reformator kasih
Pengada yang sedang dan akan mengkonstruksi misi-Nya dalam membangun Papua
sebagai tempat adil dan damai.
Mengingat
anak-anak asli Papua biasa diaggap sebagai separatis, musuh negara dan kaum
pemborontak, pemerintah mesti perlu memahami materi tentang sejarah, makna,
tujuan dan esensi hak asasi manusia bagi Papua. Pemahaman mendalam tentang hak
asasi manusia dari dan untuk pemerintah Indonesia ini mesti perlu ditetapkan
sebagai indikator Papua Tanah damai. Indikator ini boleh diserap dan
diakormodir oleh JDP dan jajarannya dalam agenda dialog Jakarta-Papua guna
menciptakan Papua sebagai Tanah damai. Maka para Frater di STFT Abepura dan
semua warga Papua yang sedang korban pelanggaran HAM sudah semestinya dapat
dilakukan, diterima dan diakui sebagai agen perubahan dan penegakkan kedaulatan
eksistensi Papua dalam bingkai NKRI. Mereka ini wajah bagi Negara Indonesia. Martabat
mereka dengan misinya tentu sangat berharga bagi pemerintah dan rakyat Papua.
Kekerasan dan
konflik Papua telah melahirkan banyak korban nyawa di pihak pemerintah dan
rakyat Papua. Lebih-lebih rakyat Indonesia yang menduduki di Papua sudah makan
garam dengan korban kekerasan militer dan pemerintah Indonesia. Namun
pemerintah dan rakyat Papua hingga kini masih belum menemukan solusi
komprehensif untuk menyelesaikan konflik Papua. Meskipun adanya banyak
kebijakan seperti kebijakan kesejahteraan yang sedang dikerjakan oleh Presiden
Jokowi, Papua masih tetap tidak damai. Ada masalah HAM yang paling subur. Maka
realitas masalah Papua seperti ini menuntut pemerintah dan rakyat untuk mencari
solusi komprehensif melalui dialog Jakarta-Papua.
Dialog
Jakarta-Papua mulai dapat terlaksana dengan baik hanya apabila kita punya niat
dan kemauan untuk mengalami hidup dan atas dasar prinsip-prinsipt dasar seperti nilai cinta kasih tersebut. Secara eksplisit, setiap kita dalam
keterlibatnya secara inisiatif dalam agenda dialog damai harus hendak
diperjuangkan atas dasar prinsip-prinsip keadilan, cinta kasih dan kebebasan
universal. Sebagaimana yang biasa dikatakan oleh Pater Dr. Neles
"KEBADABI" Tebay Pr bahwa agenda damai ini dijiwai oleh kasih,
didasarkan pada kebenaran dan damai serta dilaksanakan dalam kebebasan dan
solidaritas karena hanya dalam dialog tentang konflik Papua inilah kita
tentunya dapat ditemukan sebagai manusia adanya. Citra diri kita sebagai
manusia seratus persen dan sekaligus sungguh makhluk ilahi tentunya akan
ditemukan dalam dialog. Ada penghormatan yang setinggih-tinggihnya atas
martabat manusia dan dapat dihargai sebagai apa adanya hanya jika konflik Papua
dituntaskan secara komprehensif melalui dialog Jakarta-Papua. Ini kunci
Kerajaan damai bagi pemulihan dan pengangkatan martabat eksitensi Papua secara
definitif.
Penulis adalah
Mahasiswa STFT FajarTimur Abepura
Tidak ada komentar:
Posting Komentar