Ini peluru kaliber PIN 5,56. Bukan peluru karet. Jangan
karang-karang bahasa. Itu peluru tajam. Ini buktinya ada,” jelas Elias Pakage,
salah satu keluarga korban ketika ditanya Jubi di ruang UGD RSUD Deiyai, Rabu,
(2/8/2017). Selongsong peluru yang dikumpulkan masyarakat di sekitar lokasi
insiden penembakan di Deiyai, Selasa (1/8/2017) - IST Inzet : Peluru kaliber
5,56 – IST
Jayapura, Jubi - Pernyataan Kepolisian Daerah Papua, melalui
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) yang menyebutkan oknum polisi
dan Brimob hanya menembakkan peluru karet pada insiden Deiyai, Selasa
(1/8/2017), yang dilansir beberapa media massa lokal dan nasional ditanggapi
dengan emosional oleh keluarga korban penembakan, Elias Pakage.
“Ini peluru kaliber PIN 5,56. Bukan peluru karet. Jangan
karang-karang bahasa. Itu peluru tajam. Ini buktinya ada,” jelas Elias Pakage,
salah satu keluarga korban ketika ditanya Jubi di ruang UGD RSUD Deiyai, Rabu,
(2/8/2017).
Elias yang mengaku sebagai mantan tentara itu menunjukkan
bukti selongsong peluru yang dikumpulkan warga. Lanjutnya, jika di kemudian
hari ia diminta menunjukkan bukti tersebut, ia siap.
Peluru tajam kaliber PIN 5,56 dibuat oleh PT. Pindad
Indonesia. Peluru jenis ini tergolong jenis sedang. Dikenal juga dengan sebutan
peluru 5.56 NATO dan biasa digunakan sebagai amunisi senjata SS1.
Keluarga Yunior Pakage yang saat ini kritis dan dibawa ke
RSUD Nabire meminta kepada pimpinan Polri agar jangan mengada-ada dengan
mengeluarkan pernyataan yang tidak mendasar.
“Saya minta jangan karena punya mulut asal bicara tanpa
melihat bukti. Itu tidak boleh. Ini benar-benar peluru tajam. Harus jaga nama
baik institusi. Jika salah, katakan salah,” katanya.
Ia menyebut nama Kabidhumas Polda Papua, Kombes Pol Ahmad
Kamal yang menurutnya ditipu oleh anak buahnya sendiri.
“Seharusnya Kabid Humas Polda Papua melihat bukti atau
persoalan secara jelas baru bicara di media massa. Ia ditipu oleh anak buahnya
di lapangan (TKP),” katanya.
Pernyataan Elias Pakage ini dibenarkan oleh Dokter Selvius
Ukago, kepala UGD RSUD Deiyai. Dokter Ukago mengakui bahwa, dirinya telah
melihat bukti yang dibawa oleh masyarakat ketika korban diantarkan.
“Peluru yang ada dalam tubuh korban saya belum lihat karena
belum operasi. Tapi, saya lihat bukti peluru yang dibawa datang oleh masyarakat
yakni kaliber PIN 5,56,” ungkapnya.
Tak hanya menyebutkan peluru yang digunakan adalah peluru
karet, Kabid Humas Polda Papua ini mengatakan tidak ada korban yang tewas pada
insiden tersebut. Kenyataannya, salah satu korban tewas karena luka tembak
sebelum sempat mendapatkan perawatan medis.
Kapolda Papua, Inspektur Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar
mengakui dalam bertugas anggota Polri dibekali dua jenis peluru yakni peluru
karet dan tajam.
Hal itu dikatakan Boy Rafli usai gelar pasukan di lapangan
Barnabas Youwe, Kabupaten Jayapura, Jumat (4/8/2017).
"Senjata aparat itu sudah disita. Mengenai peluru
tajam, petugas itu punya dua peluru, peluru karet dan peluru tajam. Yang
terpenting, legalitas penggunaannya. Sah atau tidak. Dapat
dipertanggungjawabkan atau tidak," katanya kepada wartawan usai gelar
pasukan di lapangan Barnabas Youwe, Kabupaten Jayapura, Jumat (4/8/2017).
Korban dievakuasi ke Nabire
Empat orang yang kritis akibat kena tembakan peluru tajam
oleh polisi dari Kepolisian Sektor (Polsek) Tigi dan Brimob setempat dirujuk ke
RSUD Nabire. Keempatnya dirujuk ke Nabire karena pihak RSUD Deiyai kekurangan
alat dan tenaga dokter yang menangani.
“Jumlah pasien yang masuk di sini ada delapan orang. Satu
orang yaitu Yulianus Pigai (sebelumnya disenutkan Marius Pigai) sudah meninggal
setelah tiba di RSUD 10 menit. Tiga lagi kritis jadi kita rujuk ke RSUD Nabire.
Delianus Pekei (30), Yohanes Pekei (35) dan Yunior Pakage (27) serta Melianus
Dogopia (30) yang dilarikan ke RSUD Paniai juga turut dirujuk,” ujar dokter
Selvius Ukago kepada Jubi di RSUD Deiyai, Rabu. (2/8/2017).
Sedangkan lainnya, kata dia, hanya kena serpihan sehingga
disebut luka ringan, maka pihaknya melakukan pengobatan (rawat) kepada mereka.
Lanjutnya, keempat korban dirujuk ke Nabire karena kena
tambakan hingga terluka serius. Delianus Pekei kena di pipi kiri, lengan kiri
atas, punggung, ada sekitar lima luka di tubuhnya. Yohanes Pekei kena di
lutut kiri tembus dari luar ke dalam dan beberapa tempat di bagian kaki serta
pinggang. Yunior Pakage kena peluru di kaki kiri tembus dari luar ke dalam.
“Perlu ada operasi, pasti serpihan akan dikeluarkan,”
jelasnya.
Evaluasi keberadaan Brimob di pegunungan
Terpisah, legislator Papua, Laurenzus Kadepa meminta Kapolri
menarik anggota Brimob yang diperbantukan di wilayah pegunungan Papua.
Hal itu dikatakan anggota Komisi I DPR Papua bidang
pemerintahan, politik, hukum dan HAM, menyikapi kejadian di Deiyai, Selasa
(1/8/2017).
"Kami minta Kapolri segera mengevaluasi penempatan
anggota Brimob di seluruh wilayah Papua, terutama daerah pegunungan. Segera
evaluasi kinerja mereka," kata Kadepa, Rabu (2/8/2017).
Menurutnya, selama ini anggota Brimob cenderung bermasalah
dengan masyarakat. Ia mengutip surat yang disampaikan oleh Ketua DPRD Kabupaten
Deiyai, Yohanis Adii yang selain meminta penarikan Brimob di Deiyai, juga
mengatakan anggota Brimob di Deiyai sering melakukan kegiatan yang meresahkan
warga Deiyai seperti berjualan togel dan judi sabung ayam.
Permintaan sama juga disampaikan oleh Ketua Dewan Adat
Paniai, John Gobay. Dewan Adat menurut Gobay meminta Kepolisian Daerah Papua
dan Komnas HAM segera melakukan klarifikasi dan penyelidikan terkait insiden
penembakan Selasa kemarin.
“Karena yang berkembang sekarang itu dua versi informasi
dari pihak aparat dan pihak masyarakat,” jelas Gobay.
Ia mengatakan selama ini oknum anggota polisi maupun Brimob
di wilayah adat Mee Pago terindikasi melakukan berbagai kekerasan, mulai dari
Degeuwo, Paniai, Dogiyai hingga Deiyai.
“Kami juga minta Bupati Deiyai untuk melarang semua
kontraktor mengunakan aparat sebagai pengaman perusahaan dan tidak lagi
memberikan kegiatan kepada perusahaan yang tidak memberi manfaat kepada warga
untuk melakukan kegiatan di wilayah Tigi Kabupaten Deiyai,” ujar
Gobay.
( Sumber:Tabloidjubi.Com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar