( FOTO MUSA BOMA )
NABIRE, MAJALAHMAPAPUA--Sekalipun kabupaten
Dogiyai sudah berumur selama 9 tahun, sumber daya manusianya ( SDM ), masih memperhatikan.
Permasalahan didunia pendidikan sangat komfleks, baik itu pelajar ditingkat SD,
SMP, dan SMA maupun sekolah guru ( SPG/PGSD). Sejauh ini belum mencetak masa
depan yag baik, sejati dan jemerlang. Anak-anak Dogiyai yang seharusnya
pemegang estafet pembanungan masih semaking dibiarkan hidup sembarawut dalam
dunia pendidikan.
Seolah mereka
hidup tampa seorang guru. Pembangunan sekolah yang sudah dibangun sebelum
pemekaran ataupun setelah pemekaran dengan segalah fasilitasnya semaking namfak
manjamur. Namun bukan pembangunan dibidang pendidikan.
RASA TIDAK PEMILIKAN
Keprihatinan
mendasar ini boleh terjadi karena pemerintah merasa tidak pemeilikan terhadap
pendidikan. Ketidakpemilikan merupakan bagian integral dari dari wajah
kabupaten. Jika pemerintah tidak punya sara jiwa didik dari inti jiwa, maka
pendidikan menjadi tempat untuk membebaskan manusia dari keterpurukan, ketidaktahuan
dan kekurangan.
Jika pendidikan
menjadi tempat pembebasan dari otonomi diri maka setiap dan semua orang akan
mengalami diri sebagai maklup berpendidikan. Pastinya ada janin-janin pendidikan
disana.
Meman setiap
manusia tidak terlepas dari realitas kekosongan.Tapi setidaknya, pemerintah
harus melihat, berpikir dan berbuat sesuatu
hal- hal kecil sepertinya menunjungi kesetiap sekolah dan bicara dari muka ke
muka. Sebagai sebuah bukti autentik, saya tulis daftar nama-nama kampung yang
mengalami kehausan pendidikan yaitu sebagai berukut:
1. Ideduwa / Ukagu,
2. Yegeiyepa, 3.Saikonai, 4. Motakotu, 5. Kegata, 6. Apogomakida ibu kota
Distrik, 7. Egipa, 8. Pagouda, 9. Maikotu,10.Toubaikebo,11.Yeroukotu, 12. Modia
ibu kota Distrik Mapia tengah, 13. Putapa,14. Atoupigi, 15. Wogeikebo,16. Dawaikunu,17.
Bigomepa,
18. Deneiode,
19.Tibaugi, 20. Mogotaka,
21. Abouyaga ibu kota Distrik Mapia Barat, 22. Kitakebo, 23.Diyeugi,24.Degeadai,25.
Adauwo,26. Megaikebo,Abaugi,27. Magodee, 28. Diyoudimi, 28. Bomomani ibu kota
distrik SD YPPK ,29. Gopouya, 30.Ugida.
Semua ini gagal.
Kondisi real ini teramat jelas, tidak jadwal kunjungan kesekolah-sekolah. Sebernanya
kenyataan buruk ini merupakan batu lonjatan bagi kita untuk bertindak sesuatu. Nyatanya hidup kita tidak terlepas
dari kelemahan. Ini wajar terjadi.
Tapi ingat bahwa
kita jangan pernah menyatakan untuk tidak bisa beruba kenyataan buruk jika kita
belum mencobanya. Jiga ada perjuangan yang disadari dengan melihat, berpikir dan
bertindak secara bersama -sama maka sejumlah keburukan itu bisa menjadi
pelajaran sejati bagi kita.
Maka pemerintah sudah seharusnya membuka ruang dan
waktu untuk membuat hidup ini jadi baik, mendapatkan atau mengalami realitas
pendidikan secara sejati bagi generasi mudah sekalipun setiap diri kita
berangkat dari realitas yang semaking memperhatikan.
Pendidikan menjadi proyek kemanusian karena
kodrat dari pendidikan adalah manusi. Kesejatiannya kita sebagai orang mee
justru ditemukan dari realitas pendidikan. Karena kodratnya manusia sejati, dia
itu dinamis bukan statis. Setiap anak-anak akan dapat mengaktualisasikan
dirinya secara baik, bijaksana bertanggunjawab pemerintah hidup dari dan untuk
pendidikan yang membebaskan secara sejati.
Bahkan seluruh
integritas diri hanya mudah ditemukan dari pendikan. Maka pendidikan merupakn
titik akhir atau penemuan tubuh, jiwa dan roh bagi kehidupan kita yang
menghidupkan HIDUP bersam. Ini dikenal dengan pendidikan demi kebaikan kita bersama.
KRIS GURU
Dalam hidup
berpendidikan Kab. Dogiyai, kris guru masih tetap merupakan kenyataan yang
tidak dipunkuri. Sejumlah geung yang dipaparkan di atas itu tidak meliki guru
yang berprofesional. Guru-guru yang disertifikasi S1 dari KPG, SPG dan PGSD
hanya bisa dihitung dengan jari.
Gurunya tidak
lebih dari dua disetiap sekolah dalam Kabupaten. Dogiyai. Bahkan guru-guru
itupun ada yang sudah pension. Lagi pula, kebanyakan dari mereka sudah mati
habis demi mempersipkan jalan Tuhan buat komoditas mee. Mereka punya jasa besar
bagi negeri ini sepertinya Pak guru Feleks Tebai, Diyeugi Mamfret Wakei Putapa,
Bernabas Kedeikota Modio, Leonardus Degei Timepa, yang sampai kini tetap masih
setia, sabar dan tekun dengan panggilan purnah di SD Impres Diyeugi, SD YPPK
Santo Bonbosco di Modio, SD YPPK Putapa
sekalipun teramat tua usianya.
Mereka dan
rekan-rekan lainnya. Dia dan serekan-rekan lainnya sudah yaja, baik sejati. Sementara
ada sejumlah sekolah hanya diajar oleh guru-guru honerel.Sudah begitu, gurunya
tidak ada ditempat. Guru-gurunya sibuk diri dengan mimpi uang Bos.jika sudah
ada danah BOS, tidak pernah ada transparansi dari atasan. Semua tersendat
karena kolam rahasia.
Parahnya, anak-anak
sekolah anak-anak sekolah mengalami kerusakan intelektual, moral dan kental. Keluarganya
juga hancur.”pemerintah dan guru sama tidak ada yang beda. Mereka biking diri
berada di langit…Sehingga, sehinnga mereka tidak tahu, anak-anak dan istrinya
lagi sakit, gedung sekolah yang di hantam hujan Jakarta. Padahal hidup ini
tetap terus berjalan bersama kita dan kita punya tanah sendiri. Stop Sudah.
KRISIS NILAI
Krisis nilai
bagi orang Dogiyai Mee juga merupakan masalah yang tidak terlepas dari
pendidikan hampir tidak dihayati bagi setiap orang. Setiap orang Dogiyai lebih
suka bicara pemekaran, urus bisnis dan proyek dan berburu investor daripada
urus pendidikan anak-anak kata mereka epenkah? Yang penting itu saya jadi orang
kaya.
Itu juga meman penting kerana bagian dari
pembagunan.Tapi jika kita mau bangun pembangun sejati, bukan modelnya seperti
ini. Bagi saya ukuran kesejatian dri prmbagunan adalah manusia.Manusia harus di
bentuk dan dijiwai dengan nilai-nilai pendidikan. Ini harus mau dibangun dari
keluarga.
karena keluarga merupakan pendidikan
dasar.nilai pendidikan yakni kejujuran, kerajinan, kebebasan, kebebasan, kedamaian
cinta kasih dan sabar setia, Solidaritas, subsidiaritas, saling menghargai, dan
menghormati, itu harus ditanamkan oleh orang tua ke dalam diri setiap dan semua
anak-anaknya.Harus ada diolog dari muka kemuka secara terus menerus dalam hidup
berkeluarga dan bermasyarakat.
Sekurang-kurangnya,
cerita dongen, pengalaman harian dan ingin bertanya tentang apa maunya anak
dari orang tuanya Dan nanti diutus sesuai dengan proses perkembangan anak
kelurga basis.
Selain itu
pemenuhan sandang, pangan dan papan juga bagian yang tidak terpisahkan dari
nilai-nilai pendidikan. Karena ketiganya ini pintu masuk untuk menjemput nilai
dasar pendidikan yang diutarakan atas itu. Karakter anak dapat terbentuk secara
bertahap dan normal jiga ketiga unsure itu terpenuhi dalam kelurga.
Maka pemerintah
bersama rakyat sudah harus mengupayakan rumah
yang layk dihuni, makan-minumdan pakain yang sehat, alat-alat sekolah
yang lengkap bagi setiap kelurga itu sendiri, halaman dankebung itu teramat
penting bahakan hal mendasar.
Apabilah
sejumlah nilai dasar itu dibangun, dihayati dan menjadi sebuah budaya kita
dalam setiap kelurga dan masyarakat, maka pendidikan Dogiyai sungguh hadir
untuk memberdayakan, membebaskan dan memerdekakan bagi semua orang terugtama
bagi orang kecil.
Tapi semua itu
tergantung bagaimana pemerintah dogiyai membuat visi dan misi yang merasangsang
setiap dan semua warga untuk dapat terlibat sebagi pelaku pembangunan dalam
dunia pendidikan.
Harus”Nafsu-jiwa –roh kebebasan untuk membangun manusia yang
memanusiakan,manusia, membebaskan dan melahirkan jiwa-jiwa berpendidikan demi
Papua ke depan.
( Oleh:Musa
Boma )

Tidak ada komentar:
Posting Komentar